Tingkat Resiko Kematian Meningkat, Dosen Farmasi UNAIR Berikan Penyuluhan kepada Pasien Jantung Koroner

SURABAYA – Jantung koroner merupakan penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi. Data WHO (2023) menyebutkan bahwa 85% kematian di dunia disebabkan oleh stroke dan serangan jantung yang rentan terjadi pada laki-laki usia > 45 tahun dan wanita > 50 tahun. Melihat kondisi tersebut, tim pengabdian kepada masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Airlangga bergerak untuk memberikan edukasi kepada 50 pasien PJK di Rumah Sakit Universitas Airlangga. Kegiatan dilakukan pada Senin – Jumat, tanggal 19 – 27 Oktober 2023.

Dr. apt. Wenny Putri Nilamsari, S.Farm., Sp.FRS atau akrab disapa Wenny, sebagai Ketua Pengabdian Masyarakat menyatakan bahwa kegiatan merupakan wujud dukungan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga terhadap Sustainable Development Goals, khususnya terkait Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages. Adapun teknisnya adalah edukasi dengan cara yang menarik terkait kepatuhan minum obat kepada pasien.

“Dari studi yang dilakukan pada pasien jantung koroner, banyak pasien yang tidak patuh minum obat oleh karena pasien tidak merasakan adanya keluhan didaerah dada, lupa, sibuk dengan aktivitas keseharian, ketiduran sehingga tidak minum obat, kehabisan obat jantung, dan pasien tidak mengetahui tujuan minum obat.”, ujar Wenny

Temuan atas ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat juga terdapat pada pasien rawat inap,

“Kejadian masuk rumah sakit seringkali ditemukan pada pasien yang tidak patuh dibandingkan dengan yang patuh. Selain itu pasien yang patuh menunjukan kesehatan fisik vitalitas, dan emosi jauh lebih baik dibandingkan dengan pasien yang tidak patuh, sehingga kepatuhan merupakan kunci penting dalam pengobatan PJK” lanjut Wenny.

Sebagai apoteker, Wenny berharap dengan kegiatan ini maka tujuan pengobatan pasien mencapai target yang diharapakan, dan mendukung hidup pasien lebih berkualitas.

“Kegiatan seperti ini hendaknya dilaksanakan secara berkala, karena motivasi dan ingatan pasien terkait obat biasanya hanya akan bertahan selama 3 – 6 bulan setelah mendapatkan informasi awal terkait obat. Dan kegiatan ini bisa dilakukan oleh seluruh apoteker dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.” ungkap Wenny.

 

Edukasi menggunakan visual

Guna mencapai efektivitas materi, digunakan video visual yang berisi tentang tujuan dan efek samping obat jantung, serta tips untuk mengingat minum obat.

“Tim pengabdian kepada masyarakat telah menyusun video edukatif denga harapan pasien mendapat visualisasi yang lebih nyata, sehingga ingatan pasien terhadap materi yang disampaikan dapat bertahan dalam jangka panjang” tutur Wenny

Setelah diberikan video dan kosultasi, pasien juga diberikan kotak obat (pill box) yang dapat membantu pasien untuk lebih mudah menggunakan obatnya dan meningkatkan kepatuhan.

Selain itu para pasien yang menjadi sasaran kegiatan juga diberikan kotak obat (pill box) yang dapat membantu pasien untuk lebih mudah menggunakan obatnya dan meningkatkan kepatuhan. Pada akhir wawancara, Wenny menjelaskan bahwa pasien dapat datang ke ruang konseling farmasi di Unit Rawat Jalan RSUA membawa obat yang biasa dikonsumsi untuk bisa diaturkan waktu minum obatnya sekaligus langsung ditempatkan dalam kotak obat, mendengarkan video dan mendapatkan buku. Harapannya dengan itu pasien bisa lebih patuh.(ris/ap)


sumber : https://metrojateng.com/2023/10/27/tingkat-resiko-kematian-meningkat-dosen-farmasi-unair-berikan-penyuluhan-kepada-pasien-jantung-koroner/


Unduhan